SEJARAH ASY SYAKIROH
Sebagaimana
diketahui, Pondok Buntet Pesantren merupakan salah satu satu Pesantren tertua
di Indonesia, pertama kali didirikan
pada abad tahun 1750 M, oleh KH. Muqoyyim bin Abdul Hadi, atau orang Buntet
menyebutnya Mbah Muqoyyim. Dan dalam
perkembangannya lahirlah PP Putra-Putri Asy-Syakiroh. PP Putra-Putri
Asy-Syakiroh dirintis pada tahun 1980 oleh NY HJ Sri Afiyah Binti KH Abdul
Jamil (lebih dikenal dengan Nyai Nci) yang merupakan salah satu Guru Besar
Al-Qura’n untuk santri putri. Saat itu Nyai Nci tidak sendiri, namun di bantu
oleh putra-putrinya, yaitu NY HJ Aeni, KH.M Hasanuddin Kriyani, KH Faqih
Ibrahim dan NY HJ Umi Farhatussholihah. Sebetulnya, tidak ada niatan sama
sekali dari NY HJ Sri Afiyah dan KH M Hasanuddin Kriyani untuk mendirikan PP
Putra-Putri Asy-Syakiroh (walaupun pada waktu itu sebetulnya sudah sejak lama
di rumah Nyai Nci telah banyak santri yang mukim di rumah beliau) sebab
sebelumnya Buntet Pesantren merupakan kesatuan komplek Pesantren yang tidak
terpisah-pisah seperti saat ini. Letak asrama santri saat itu berada di depan
halaman masjid (yang saat ini berdiri gedung-gedung sekolah dan perkantoran
yayasan). Kemudian pada tahun 1980 ada pemugaran komplek Pesantren dan para
santri dititipkan ke rumah-rumah Kyai sebagai tempat tinggalnya. Santri
dibebaskan untuk memilih mengikuti atau mendiami rumah para Kyai. Berhubung
masa sebelum pemugaran KH M Hasanuddin Kriyani merupakan Lurah Pondok dan
kepala Sekolah Pendidikan Guru Agama, serta merupakan Kyai muda yang disegani,
sehingga banyak santri yang memutuskan untuk menjadi santri yang bertempat
tinggal di kediaman beliau. Mulai saat itulah, institusi Pesantren mulai
terpisah-pisah dan salah satu Pondok Pesantren yang berdiri saat itu adalah PP
Putra-Putri Asy-Syakiroh.
Nama Asy-Syakiroh, seperti yang dijelaskan oleh
KH M Hasanuddin Kriyani, dinisbatkan kepada ibunya, yakni Nyai Nci, Sebab
beliau memandang ibunya sebagai perempuan yang selalu bersyukur kepada Allah
SWT. Sehingga mampu mendidik putra-putrinya sebagai insan yang bermanfaat
walaupun sejak kecil mereka sudah hidup yatim karena ditinggal oleh sang ayah
tercinta, KH Abdurrahman Malibary. Namun dengan keikhlasan dan perjuangan tanpa
mengenal lelah serta rasa syukur yang tak kunjung putus, padahal secara dhohir
Nyai Nci tidak memiliki harta yang berkucupan, tetapi sang ibu telah berhasil
mendidik putra-putrinya. Kemudian nama Asy-Syakiroh juga dinisbatkan kepada
cucu Nyai Nci, putri dr NY HJ Umi Farhatussholihah, yaitu Hj Hawa Syakiroh SM.
Sebab itulah mengapa Pesantren ini dinamakan PP Putra-Putri Asy-Syakiroh
0 Komentar